17/11/11

Hamdan, Manusia Gua dari Pangkep




Tinggal di dalam gua selama bertahun tahun tentunya sudah tidak lazim lagi pada zaman seperti sekarang ini. akan tetapi itu tidak berlaku bagi Hamdan, warga Desa Bantimurung Kecamatan Todong Tallasa Pangkep mereka tetap asik menjalankan aktifitas keseharian mereka sebagai keluarga. tidur, makan dan beraktifitas di dalam gua menjadi suatu hal yang sudah biasa bagi keluarga Hamdan S dan Sinta Hatta beserta anak-anak mereka.
Caci maki dan olok-olok kerabat dan masyarakat sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Hamdan dan ketiga buah hatinya bersama Sinta Istrinya tetap menjalankan kehidupannya di dalam gua.
Di dalam gua Hamdan beserta istrinya mengaku dapat melakukan aktifitas layaknya keluarga pada umumnya. Kamar tidur bersatu dengan ruang tamu, membuat gerakan sedikit terbatas sementara dapur berada tepat disamping kamar tidur.
Hamdan yang berprofesi sebagai seorang satpam di salah satu perusahaan marmer menuturkan ia memilih gua sebagai tempat tinggalnya bermula dari kecintaanya terhadap alam. Sejak kecil Hamdan gemar memahat dan mengukir, berbagai karya telah dihasilkan termasuk seni ukir yang ia tuangkan pada batu. Dengan bakat memahat yang dimilikinya, suatu hari Hamdan tanpa sengaja mulai memahat sebuah batu besar yang terletak tidak jauh dari rumah orang tuanya. Batu yang berupa gugusan bikit-bukit kecil dilubanginya sedikit demi sedikit selama tujuh bulan hingga membentuk sebuah ruangan. Gua-gua kecil dibatu tersebut perlahan diperluas menggunakan alat sederhana dengan besi pahat dan ban mobil bekas yang dibakar, cara kuno tersebut ternyata cukup ampuh, bukit batu yang terkena lelehan karet ban yang terbakar menjadi lebih lunak sehingga mudah utuk dibentuk dan dilubangi.
Selama hidup di rumah gua, Hamdan, Sinta dan ketiga buah hatinya Nur Kamsina, Nur aisyah dan  Nur Alam Gua belum pernah mengalami hal-hal mistis seperti yang ditakutkan para kerabat dekat mereka, kondisi kesehatan mereka juhga bagus ganguan kesehatan dari efek kelembaban gua tidak pernah dirasakannya, yang kadang mengganggu hanyalah hewan-hewan melata seperti ular dan biawak, terutama ketika musin hujan tiba.
Cita rasa seni yang sangat kuat tercermin dari rumah batu yang dipahat olehnya, sederhana tetapi mengandung makna perjuangan tak kenal lelah dari seorang laki-laki.
"Daripada saya menumpang di rumah orangtua mendingan kami hidup sendiri meskipun hanya dalam gua" ungkap Hamdan. Masih banyak harapan yang ingin diuraikan Hamdan termasuk soal keprihatinannya melihat kondisi alam Pangkep yang semakin rusak oleh sebab pengerukan gunung yang dilakukan secara terus menerus.

Hebat Daeng..
Salut untuk Hamdan dan keluarganya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar