Assalamu Alaikum Daeng... Kali ini Icapila Daeng Kana dalam Sepotong Cerita Dari Pannyingkul Kota Makassar akan mencoba mengupas hal-hal yang berhubungan dengan istilah-istilah kekerabatan dalam Masyarakat Makassar.
Kekerabatan adalah suatu unit sosial yang orang-orangnya mempunyai hubungan keturunan atau hubungan darah. Hubungan kekerabatan merupakan seperangkat hubungan berdasarkan keturunan dan perkawinan.
Setiap masyarakat dari suatu suku bangsa mempunyai ikatan kekerabatan tertentu yang harus dijunjung tinggi oleh anggota keluarganya. Demikian pula, masyarakat Makassar hubungan kekerabatan ini masih dipelihara dengan baik. Istilah kekerabatan dalam bahasa Makassar disebut dengan "Bija Pammanakang".
Bija Pammanakang adalah orang-orang yang memiliki hubungan keluarga (famili) dengan seseorang karena adanya nenek yang menghubungkan seseorang dari segi keturunan. Kriteria Bija Pammanakang ada yang disebut Bija Ma'reppese' atau keluarga dekat, Bija Bella atau keluarga jauh dan Bija Pasisambungan karena adanya hubungan pertalian dengan keluarga lain.
Mari kita perhatikan istilah kekerabatan dalam bahasa Makassar melalui contoh berikut :
Ammakkuk Anrong Kalengku
Anrong tumalassukangku
Pa'rimpunganna
Pangngai ta matappukku
Dari contoh diatas terdapat kata Ammak, anrong, kalengku, tulassukangku yang berarti ibu kandung. selain itu, terdapat pula kata yang bersinonim dengan ammak dan anrong, yaitu mamak dan ummi.
Kodi Padeng kasia'na
Nikanayya tena mangge
Manna bijanta
Tumaraengji Ri Katte
Pada contoh diatas terdapat kata Mangge yang berarti ayah kandung. Kata Mangge bersinonim dengan Bapak, Tetta, daek dan uak.
Anakku anak ku pala'
kukanro ri batarayya
Lompoko Nai'
Na nubalasakki te'ne
Pada contoh diatas terdapat kata anak yang pada dasarnya mengacu kepada anak kandung, anak ao (anak tiri) dan anak kamanakang (keponakan).
Sari'battang tojeng-tojeng
Iaji kalli majarre'
Pindu cikali
naempoi ranggasela
Pada contoh diatas terdapat kata Sari'battang tojeng yang berarti saudara kandung, kata cikali berarti saudara sepupu sekali, yaitu anak dari paman atau bibi saudara ayah atau ibu, dan kata pindu' berarti saudara sepupu dua kali yaitu anak dari sepupu satu kali ayah atau ibu. Sari'battang Ao atau saudara tiri yaitu anak dari ibu tiri atau ayah tiri. Jika penyapa lebih tua dari pada yang disapa, maka mereka memanggil daeng. Sebaliknya, jika lebih muda mereka memanggil andi'.
Bunting manai'mako mae
ri balla'na matoannu
matoang tuna
ipara kamase-mase
dari contoh diatas kata matoang berarti metua yaitu ayah atau ibu dari pihak suami atau istri. Mertua laki-laki disebut matoang bura'ne dan mertua perempuan disebut matoang baine. Matoang disapa seperti menyapa ayah atau ibu kandung. Kata ipara' berarti ipar yaitu saudara dari pihak suami atau istri.
Panggilan, teguran, sapaan merupakan penanda ragam yang amat penting dan perlu mendapat perhatian dari pemakai bahasa, termasuk pemakai bahasa Makassar, penanda-penanda ini amat penting karena tempatnya paling awal pada setiap percakapan dan menetukan ragam percakapan selanjutnya menjadi formal, informal, serius, lucu atau diterima tidaknya dalam percakapan itu.
Dalam bahasa Makassar panggilan, teguran dan sapaan harus disesuaikan dengan budaya dan istilah kekerabatan serta pemarkah pesona yang relevan dengan si tersapa. Apabila hal ini tidak diperhatikan, maka orang yang disapa biasanya mengatakan "tena nusitarang akkio' purina ri nakke" tidak pantas anda menyapa paman/bibi atau anak kepada saya. Oleh karena itu, sebelum kita memanggil, menegur dan menyapa seseorang maka sebaiknya kita mengenal lebih dahulu hubungan kekerabatan kita dengan orang yang akan disapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar