Assalamu Alaikum daeng-daeng sekalian, semoga semuanya masih tetap sehat dan dalam lindungan Allah SWT Aminn.. Hari ini tepat pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2012 jam 9:15 saya berhijrah dari Nurkarya Tidung tempatku belajar untuk membagikan ilmu yang saya miliki kepada calon-calon penerus bangsa sebagai guru dan staf tata usaha di perusahaan keluarga yang juga dikelola dengan manajeman keluarga dengan alasan "Kemanusiaan". Mengikuti jejak beberapa dedengkot alias tetua-tetua dari Nurkarya yang saya yakin mereka juga melakukan hijrah tentunya dengan alasan yang sama.
Menurut beberapa ahli bahasa, kata hijrah dapat diartikan dengan berbeda-beda pada setiap pendapat. Namun, kesemuanya berkesimpulan bahwa hijrah adalah menghindar atau menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak baik atau salah, baik berhijrah dengan raga, lisan maupun hati. Hijrah dengan raga berarti berpindah dari suatu tempat menuju ketempat lain seperti dalam firman Allah "Dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka" (An-Nisa : 34). Hijrah dengan lisan berarti menjauhi perkataan kotor dan keji "Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik" (Al- Muzammil : 10). Sementara hijrah dengan hati berarti menjauhi sesuatu tanpa menampakkan perbuatan "dan perbuatan dosa, jauhilah" (Al-Mudatsir : 5).
Hijrah demi Kemanusiaan yang saya lakukan demikian juga dengan para sahabat-sahabat terbaik saya sebutlah Dekkengku Ari Coy, Amrin Dj, Wh Yudhie, dan mungkin masih ada lagi orang-orang di Nurkarya yang akan menyusul. Kami melakukannya demi memperbaiki nasib kami yang tidak jelas di Nurkarya dan menghindarkan diri kami dari kedzaliman yang dilakukan para petinggi dan elite politik yang berada di Nurkarya. Menghindarkan diri dari janji-janji buta alias ba'balle toli melebihi janji para caleg.
Masih teringat jelas dalam memori otak saya, ketika akan sekolah Nurkarya tidung yang menaungi beberapa sekolah sekaligus SMP, SMA dan SMK akan melakukan penerimaan siswa baru tahun ajaran 2011 - 2012. Ketika itu Pak Dadang dengan penuh semangat menyemangati kami semua dan berkata:
"Para bapak guru dan ibu guru sekalian, pada penerimaan siswa baru tahun ini diharapkan partisipasinya untuk mencari siswa sebanyak mungkin agar sekolah kita ini dapat maju dan berkembang, untuk itu kami dari pihak sekolah akan memberikan insentif alias pengganti uang transport untuk bapak dan ibu sekalian sebesar Rp.50.000 per siswa yang bapak dan ibu dapatkan".
kata-kata yang cukup menggiurkan. Namun hal itu belum pernah terwujud sampai sekarang ini. (Pa' Balle Toli nomor sekian). Belum lagi aliran-aliran dana yang lain yang turut juga raib entah kemana. Mungkin dicaplok oleh tuyul.
Seperti teriakan kawan Wh Yudhie di Facebook group TKJ Nurkarya Tidung, kawan Wh Yudhie meneriakkan "Kemana aliran dana PSG (Pendidikan Sistem Ganda) SMK Nurkarya Tidung dan ada apa dengan manajemen kepanitiaan?". Betapa tidak siswa yang telah membayar untuk melakukan PSG di industri, untuk membuat surat permohonan tempat untuk lokasi PSG harus membeli kertas dan tinta untuk printer sendiri, padahal uang mereka bayarkan itu sebenarnya sudah termasuk untuk pembelian ATK untuk pelaksanaan PSG tersebut. Lantas, mengapa mereka harus membeli kertas sendiri? kemana uang yang telah mereka bayar?
Mengenai masalah para guru yang sering tidak masuk kelas, yang mengakibatkan banyaknya jam pelajaran yang kosong, Nurkarya Nurkarya tak mau mengambil pusing malah memberikan solusi yang merugikan orang lain dengan memanfaatkan tenaga kawan Yusri yang akan mengikuti ujian di Nurkarya dengan menyuruhnya mengisi alias masuk mengajar pada setiap jam kosong yang ada di SMK Nurkarya (Baca selengkapnya pada postingan Pahlawan Nurkarya.) Bukannya mencari tahu akar permasalahannya malah memberi solusi yang gak benar. Belum lagi yang Nurkarya mengatas namakan keberhasilan siswa dalam event-event besar sebagai hasil dari bimbingan mereka, sebut saja keberhasilan anak atau siswa kami Ridho yang mengukir prestasi yang membanggakan dengan menjuarai turnamen Bulu tangkis di Singapura. (Baca selengkapnya pada postingan Siswa SMA Nurkarya Tidung Makassar Juara Di Singapura.) Yang dikomentari oleh seseorang tanpa nama "bukan sekolahnya yg bikin dia sukses, tapi bakat dan usahanya latihan diluar sekolah. Sekolahnya hanya menerima hasil saja.......!!!". Menunjukan bahwa Nurkarya hanya ingin menuai hasil tanpa usaha.
Belum hilang dalam ingatan dan mungkin tak akan hilang akan tindakan hijrah saudara Amrin Dj dari Nurkarya yang gajinya selama kurang lebih 6 bulan dipotong secara sepihak tanpa alasan yang jelas, kini menyusul kawan Wh Yudhie yang juga melakukan hijrah karena dipermalukan oleh Pihak Nurkarya akibat bentrok dengan bendahara Nurkarya perihal baju untuk PSG siswa Nurkarya.
Gaji kami yang Rp.800.000 yang belum memenuhi standar UMR (Upah Minimum Regional) harus disunat, disunat dan disunat karena keterlambatan kami selama 30 menit dari jadwal kerja yang ditetapkan pihak Nurkarya. Seolah-olah ada software khusus yang dibuat untuk mendata keterlambatan kami. Kalau kami terlambat gaji dipotong tapi tidak ada penambahan gaji ketika kami lembur. Contoh: ketika saya dan kawan Wh Yudhie melakukan lembur untuk mengetik Biodata siswa dan KR02 untuk ujian siswa selama dua minggu, yang terbayar untuk uang lembur kami hanya 1 minggu saja. Uang yang 1 minggu lagi kemana daeng?. Belum lagi honor-honor yang lain yang dijanjikan semuanya menguap entah kemana.
Sulit memang.. walaupun mulut ini sampai berbusa untuk protes, namum tetap saja tak ada tanggapan. Berbicara dengan para pimpinan Nurkarya sama dengan berbicara pada batu.. sama dengan 2 x 0 3 x 0 1000.000 x 0 bahkan 2000.000 X 0, hasilnya akan tetap 0. Sama saja dengan kosong. Pihak Nurkarya hanya ingin menang sendiri tanpa memikirkan nasib para stafnya, hasil keputusan rapat dilanggar dan di ubah seenak bacot mereka. Mereka tidak menyadari bahwa kekuatan dari suatu perusahaan atau kantor itu ada pada stafnya sebagai roda dan motor penggerak.
Kami berhijrah karena kami ingin penghidupan yang layak, kami ingin dihargai dan dihormati, kami bosan dengan janji palsu dan beracun telinga kami bukan WC yang bebas "diberaki" dengan kata-kata manis kalian. Selamat tinggal Nurkarya kami pergi..
Mengenai masalah para guru yang sering tidak masuk kelas, yang mengakibatkan banyaknya jam pelajaran yang kosong, Nurkarya Nurkarya tak mau mengambil pusing malah memberikan solusi yang merugikan orang lain dengan memanfaatkan tenaga kawan Yusri yang akan mengikuti ujian di Nurkarya dengan menyuruhnya mengisi alias masuk mengajar pada setiap jam kosong yang ada di SMK Nurkarya (Baca selengkapnya pada postingan Pahlawan Nurkarya.) Bukannya mencari tahu akar permasalahannya malah memberi solusi yang gak benar. Belum lagi yang Nurkarya mengatas namakan keberhasilan siswa dalam event-event besar sebagai hasil dari bimbingan mereka, sebut saja keberhasilan anak atau siswa kami Ridho yang mengukir prestasi yang membanggakan dengan menjuarai turnamen Bulu tangkis di Singapura. (Baca selengkapnya pada postingan Siswa SMA Nurkarya Tidung Makassar Juara Di Singapura.) Yang dikomentari oleh seseorang tanpa nama "bukan sekolahnya yg bikin dia sukses, tapi bakat dan usahanya latihan diluar sekolah. Sekolahnya hanya menerima hasil saja.......!!!". Menunjukan bahwa Nurkarya hanya ingin menuai hasil tanpa usaha.
Belum hilang dalam ingatan dan mungkin tak akan hilang akan tindakan hijrah saudara Amrin Dj dari Nurkarya yang gajinya selama kurang lebih 6 bulan dipotong secara sepihak tanpa alasan yang jelas, kini menyusul kawan Wh Yudhie yang juga melakukan hijrah karena dipermalukan oleh Pihak Nurkarya akibat bentrok dengan bendahara Nurkarya perihal baju untuk PSG siswa Nurkarya.
Gaji kami yang Rp.800.000 yang belum memenuhi standar UMR (Upah Minimum Regional) harus disunat, disunat dan disunat karena keterlambatan kami selama 30 menit dari jadwal kerja yang ditetapkan pihak Nurkarya. Seolah-olah ada software khusus yang dibuat untuk mendata keterlambatan kami. Kalau kami terlambat gaji dipotong tapi tidak ada penambahan gaji ketika kami lembur. Contoh: ketika saya dan kawan Wh Yudhie melakukan lembur untuk mengetik Biodata siswa dan KR02 untuk ujian siswa selama dua minggu, yang terbayar untuk uang lembur kami hanya 1 minggu saja. Uang yang 1 minggu lagi kemana daeng?. Belum lagi honor-honor yang lain yang dijanjikan semuanya menguap entah kemana.
Sulit memang.. walaupun mulut ini sampai berbusa untuk protes, namum tetap saja tak ada tanggapan. Berbicara dengan para pimpinan Nurkarya sama dengan berbicara pada batu.. sama dengan 2 x 0 3 x 0 1000.000 x 0 bahkan 2000.000 X 0, hasilnya akan tetap 0. Sama saja dengan kosong. Pihak Nurkarya hanya ingin menang sendiri tanpa memikirkan nasib para stafnya, hasil keputusan rapat dilanggar dan di ubah seenak bacot mereka. Mereka tidak menyadari bahwa kekuatan dari suatu perusahaan atau kantor itu ada pada stafnya sebagai roda dan motor penggerak.
Kami berhijrah karena kami ingin penghidupan yang layak, kami ingin dihargai dan dihormati, kami bosan dengan janji palsu dan beracun telinga kami bukan WC yang bebas "diberaki" dengan kata-kata manis kalian. Selamat tinggal Nurkarya kami pergi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar