Serikaya, Ballo' Tanning, Ce'la, Bungung Salapang na Coto Jarang.. hmmm kelima hal ini telah berakar dan menjadi satu pada Kabupaten tetangga Kota Makassar yaitu Kabupaten Jeneponto. Jadi terkenang almarhum Ayahanda tercinta Muhiddin, beliau dilahirkan di butta turatea Jeneponto. Kalau dilihat dari kata Jeneponto terdiri dari dua kata yaitu Jene yang berarti Air dan Ponto yang berarti gelang jadi Jeneponto adalah air gelang entah mengapa dinamakan seperti itu. Kabupaten Jeneponto memiliki luas wilayah sebesar 749.79 Km persegi, dengan Ibu Kota Jeneponto bernama Bonto Sunggu. Jeneponto dikenal dengan daerah yang kering atau tandus, karena wilayah Kabupaten Jeneponto yang sebagian besar berada di wilayah pesisir pantai yang cenderung kering, tapi wilayah Jeneponto juga memiliki daerah pegunungan yang cukup subur. Jarak antara Kota Makassar dengan Kabupaten Jeneponto sekitar 95 Km itu dapat ditempuh dengan 2 jam perjalanan.
Jeneponto sendiri sering diidentikkan dengan istilah "Pa'bambangang na tolo" yang berasal dari bahasa makassar yang berarti suka marah dan berotak dungu. Istilah ini melekat cukup erat terhadap masyarakat Jeneponto hingga sekarang. Memang harus diakui bahwa sebagian besar pejabat yang ada di Kota Makassar rata-rata didominasi oleh orang-orang dari suku Bugis yaitu Bone, Sinjai, Wajo dan lainnya, sementara warga Jeneponto yang tinggal di Kota Makassar sebagian besar adalah pekerja kasar, tukang becak, kuli bangunan, buruh kasar pokoknya yang kelas bawah deh.. Walaupun pekerjaan ini adalah pekerjaan hina bagi sebagian orang, tapi itu menurut pandangan saya masih lebih bagus dari pada kerja yang tinggi namun mengambil hak orang lain dan korupsi. Perih rasanya hati ini mendengar istilah itu, mengapa harus Jeneponto? apakah memang orang-orang Jeneponto itu semuanya bodoh? Sebagai gambaran yang dapat saya ambil dari cerita almarhum ayah saya saat beliau masih kecil dan mengenyam pendidikan di Jeneponto sejak SD hingga SMP, bahwa teman-teman beliau dulu banyak yang pintar-pintar. Nah lhoo.. Kok orang-orang Jeneponto terkenal dengan kata "Bodoh" padahal sebenarnya banyak yang pandai dan cerdas. Kemungkinan besar karena orang-orang Jeneponto banyak yang menganut paham "Low Profile" sehingga tidak tereskpos ke permukaan. Soal Istilah "Pa'bambangan" untuk orang Jeneponto itu memang tidak sepenuhnya salah, karena memang orang-orang Jeneponto memiliki temperamen keras atau mungkin juga karena mereka masih memegang teguh Budaya Siri' Na Pacce dalam hati mereka, sehingga begitu di colek dan melukai hati dan perasaan mereka maka badiklah yang berbicara. Karena lebih baik mati demi mempertahankan siri' dari pada harus hidup tanpa wajah.
Serikaya, Ballo' Tanning, Ce'la, Bungung Salapang na Coto Jarang.. lima hal yang tak bisa terpisahkan dari Jeneponto. karena memang kelima hal ini selalu identik dengan Jeneponto. Buah serikaya yang mengandung banyak manfaat ini memang banyak terdapat di Kabupaten Jeneponto, bahkan semua penjual serikaya yang ada di Kota makassar yang berjualan di pinggir jalan Alauddin Makassar tepatnya di depan Pasar Tradisional Pa' Baeng-baeng itu berasal dari Kabupaten Jeneponto. Dini hari mereka sudah berangkat ke Kota Makassar hanya untuk menjajakan buah serikaya hasil kebun mereka di Kota daeng Makassar. Salut untuk orang-orang Jeneponto, mereka benar-benar pekerja Keras istilah Siri' Tuma Siri' melekat erat di dada mereka.
Ballo' Tanning alias Ballo' manis dari sadapan nira pohon lontar atau yang sering disebut oleh masyarakat Jeneponto dengan sebutan pohon Tala', adalah salah satu hal terunik yang ada di Kabupaten Jeneponto. Rasa dari Ballo' Tanning ini memang sangat manis dan tidak membuat penikmatnya mabuk, dari rasaya yang manis itulah sehingga ballo Tanning ini dapat digunakan sebagai minuman pelepas dahaga sehabis menempuh perjalanan jauh. Ballo' Tanning ini juga dapat diolah menjadi gula merah.
Ce'la atau dalam bahasa Indonesia dinamakan dengan garam atau bahasa ilmiahnya Sodium Chloride (NaCl) memang banyak terdapat di Butta Turatea Jeneponto, karena memang Jeneponto adalah salah satu sentra penghasil garam di Sulawesi Selatan. Ce'la alias garam yang dihasilkan Kabupaten Jeneponto masih terbilang tradisional, oleh karena itu garam dari Kabupaten Jeneponto banyak diminati oleh pelaku bisnis di luar Sulawesi Selatan yang nantinya akan diolah kembali untuk menjadi garam konsumsi dan industri. Yang ingin belajar dan mengetahui proses pembuatan garam, silahkan datang saja ke Jeneponto.
Bungung Salapang atau Sumur sembilan adalah salah satu tujuan wisata di Kabupaten Jeneponto. Air dari sumur ini tidak pernah habis meski telah dipergunakan oleh banyak orang selama ratusan tahun. Bungung Salapang oleh sebagian masyarakat Jeneponto diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang ada di dalam tubuh, awet muda dan enteng jodoh, hehehehe.... Oleh karenanya maka wilayah Bungung Salapang ini dijadikan tempat sakral oleh penduduk yang menetap disekitar wilayah itu.
Belum sah rasanya kalau mengunjungi Kabupaten Jeneponto tanpa mencicipi salah satu kuliner khas Jeneponto yang bernama Coto Kuda dan Gantala' Jarang racikan Jeneponto. "Jarang" dalam bahasa indonesia berarti kuda. Rasa dari Coto berbahan dasar daging kuda ini hampir sama dengan rasa coto dengan bahan dasar daging sapi atau kerbau. Bagi anda yang tidak terbiasa menikmatinya mungkin tidak akan berselera untuk mencicipinya, tapi bagi saya coto kuda adalah hidangan yang nikmat dan mengundang selera, konon coto kuda ini dahulu adalah makanan yang khusus dihidangkan untuk para Karaeng (sebutan untuk seorang Raja) dan keluarga bangsawan saja. Setiap ada acara-acara keluarga atau pesta hidangan ini selalu ada, karena menurut orang-orang di Jeneponto, tidak sah atau ada sesuatu yang terasa kurang jika tidak menyuguhkan yang namanya Coto Jarang dan Gantala'na kepada tamu yang datang.
rindu mau makan gantala jarang
BalasHapus